Senin, 03 Februari 2014

Invisible Cracks.....Bagian Pertama

Ga ada SATUPUN makhluk di bawah kolong langit ini memiliki kesempurnaan 100%

"REGINA...!!!".....Ah...ayolah masih terlalu pagi buatku untuk meladeni ini lagi.

GUBRAK! Bunyi keras itu disambut dengan erangan dan hamburan coklat dan mawar di lantai keramik. Hatiku cukup iba untuk membiarkan hal ini. Kuulurkan tanganku sambil menyeka rambut sambil berharap orang ini baik-baik saja. Ah, tatapan ini lagi. Dia sepertinya tersihir dan melupakan rasa sakit dan kejadian bodoh barusan. Setelah membantu memposisikan badannya, sekonyong-konyong aku ditarik dan mataku berjarak hanya beberapa senti dari matanya. "Regina, aku...", PLAK!!!

Ku tinggalkan dia termangu dengan menahan perih di pipi...hadiah dariku. Ya...dia....salah satu dari, katanya, pengagum dan yang tak pernah lelah memberikan "perhatian" seperti tadi. Hadiah barusan, sepertinya bukan untuk pertama atau kedua kalinya kuberikan. ENGGA ADA KAPOK-KAPOKNYA! MUAK!

Aku melangkah menuju ruangan bagaikan tentara samurai yang siap menebas siapapun dan apapun penghalang di jalan.

Tapi...oh....tepat sekali, aku berjumpa dengan "tong sampahku" di persimpangan lorong menuju perpustakaan. Stephen.....sejenak termangu melihat keadaanku kemudian tersenyum. Keadaanku yang persis seperti kuda sehabis mengikuti track balapan selama beberapa kilometer jauhnya. "Repot ya, pagi2 sudah meladeni fans?" , katanya sembari membereskan penampilanku yang-sungguh-amat-sangat-ga-banget-plus-mengerikan. Rasanya nyaman....walau dia tidak menggunakan jurus rayuan maut atau banyak berbicara. Lalu dia menarik tanganku meninggalkan lorong menuju toilet. "Ayo, bereskan dulu penampilanmu sembari aku membelikan hot milktea kesukaanmu", Ah...Stephen memang tahu apa yang kusuka.

Seperti anak kecil....dengan patuhnya aku mengangguk dan ngacir ke dalam salah satu bilik untuk menyingkirkan sampah dan membereskan rambut serta bajuku. Benar-benar menjijikkan! Campuran kepingan coklat, kelopak mawar, ada di rambut, baju, serta tanganku! Argh! Inilah rentetan kejadian yang menjadi sumpahku...tidak akan terulang untuk kesekian kalinya. Tidak esok ataupun hari-hari lainnya...CUKUP!

"Aah....Regina mah emang gituuu! Doi pasti sombong karena kejadian tadi. Gila aja ya berani bener tampar dan menolak Juan, si cowo idaman kampus kita tadi pagi. Trus, hadiah yang dibawa diinjak2!! Iissh...kalau aku jadi dia gabakal nolak.". "Ahahaha, kamu mah sama siapa aja asalkan seperti Juan jadi koleksi juga gapapa kan?". "Iyaa, trus hadiah-hadiahnya bakal dijual lagi ke penadah supaya tambah modal". "Engga puas apa dengan uang saku dari si Om?"

Yupp....segerombolan cewe berisik tukang ngegossip mulai beraksi. Untung cepet2 kuambil recorder dan kurekam semua pembicaraan mereka. Mereka? Yak...dalam scene mereka adalah "Best Friend Forever-nya Regina"....tapi bagiku mereka adalah kutu-kutu. Hinggap ke tempat dimana mereka bisa menghisap darah sampai kenyang lalu loncat ke tempat lain sambil meninggalkan rasa gatal di tubuh induk semang. Simbiosis Parasitisme.

Dengan tenang kunikmati cercaan dan kicauan mereka sambil merekam dan membereskan penampilanku. Setelah mereka meninggalkan tempat barulah aku keluar mengendap-endap. Dan, Stephen sudah menunggu lama di lorong lain. "Kamu dengar semua omongan mereka pas di dalam?", tanya nya. "Yup, dan sudah kurekam seperti biasanya. Gila ya....Tuhan baik banget bisa sering mengatur moment kaya tadi. Hahhaha!". Stephen tidak tertawa...dia memandang dengan sinis lalu menghela nafas berat. "Nih, pesananmu...ada dapat bonus". Yess, hot milktea dengan bonus vanilla cream shake yang tebal diatasnya. Tidak memerlukan waktu lama bagiku untuk menghabiskan minuman favoritku itu...semacam candu.

Tak lama kami berjalan, akhirnya aku dan Stephen tiba di ruangan proyek praktek kami. Sebagai mahasiswa tingkat atas....kami sudah lumayan sering menghabiskan waktu untuk berdiskusi dan merancangkan penyelesaian tugas dari Tutor dalam ruangan khusus. Aku dan Stephen berada di ruangan yang sama namun berbeda bagian. Stephen di bagian Kreatif sedangkan aku, Regina, di bagian perencanaan.

"REGINAAA....!!!".

Ya, Tuhan ada apa hari ini? Tak bisakah aku tenang daripada suara dan intonasi seperti ini barang satu hariiiiii saja?

"REGINA! Kamu dari mana aja? Kupikir kamu sakit jadi ga masuk loohh".
"Loh, kok pikirannya gitu, Nes?".
"Denger-denger tadi pagi kamu jatoh karena si Juan",
 "Eh...gimana ceritanya sih? Kalian habis ngapain ajaaaa?".
 Agnes, Qania, dan Nila....trio rempong bin heboh ini berkicau lagi dengan kuantitas desibel yang tinggi.

Oh...kesabaranku mulai meluap dari tempatnya semenjak sindiran mereka di toilet tadi. "Terpeleset doang, kok", jawabku sambil mendekatkan gelas milktea ke mulutku. Tiba-tiba gelasku sudah direbut dan berpindah tangan ke Qania. "Hmm...pantesan aja kamu sering beli ini. Emang enak sih yaaa...Ahahahahaha!". Oh, astaga demi apapun itu. Lain kali kalau aku bawa ke hadapan mereka.....isinya sudah terlebih dahulu kucampur obat pencahar ekstra kuat.

"Ya udah, lain kali kubelikan juga buatmu", jawabku datar
"Eh, beneran yaa? Asikk...Regina baik bangeet!". Aku hanya menyambut dengan senyuman sinis. Baiklah...kita jalankan rencanaku besok.

Tak ingin menambah masalah, kuputuskan untuk mengambil segelas air dingin sambil menuju meja kerja. Masih ada beberapa menit sebelum koordinator proyek ini datang dan memulai meeting pagi yang membosankan. Mungkin masih ada beberapa yang bisa kukerjakan sebagai persiapan. Kuhempaskan tubuhku ke kursi dan menyalakan PC untuk membuka beberapa file yang sudah dipersiapkan sebagai laporan meeting nanti.

Tapi......dimana file-file itu?

Dengan panik aku mencari di recently open sampai ke recycle bin. Namun tidak ada satupun data yang kucari tertinggal manis didalamnya. TIDAK ADA SATUPUN

Entah kenapa aku mendengar suara cekikikan mereka bertiga sambil melirik ke arahku....lalu berlalu menjauh.

KALIAN.....!!!!!!!!

Ah....tamatlah aku! Tidak sampai 15 menit lagi pimpinan proyek datang!


-------------- TO BE CONTINUED ------------------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar