pulang ke tempat asal
aku berkawan dengan riak hati
riak hati yang lebih teduh sesudah kabut kutebas pergi
Manakala tangis merajut kelam
Ku arahkan pikiranku ke buaian malam
Berharap esok pagi menjemput kenyataan
Kau sudah kulupakan
Demi apapun
Waktu tak bisa menunggu hamba yang sedari tadi berdiri termangu
Kepulan tuntutan kenyataan membumbung tinggi
Menghitam
Bongkahan karang kenangan tak mampu lagi kubawa serta
Tak kunjung dihancur sunyinya penantian
Sudah lewatlah rangkaian kengerian
Dimana meringkuk dan memegang lutut tak berdaya
Antara berhasil menyentuh dinding perasaan
Sesudah logika menghantam tidur malam
Lalu menyisakan kelesuan
Tak berdaya memeluk matahari
Lebih memilih bergurau dengan peraduan yang sedingin es
Tak lelah menuju gerbang kepastian di depan hatimu itu
Walaupun hanya sekedar mengintip
Kamu yang ada di dalamnya tak menggubris kehadiranku disini
Sungguh
Waktu tak bisa menunggu hamba yang sedari tadi berdiri termangu
Waktu tak bisa menunggu hamba yang sedari tadi membodohi diri
Waktu tak merelakan egoisme ini merantai masa depan
Aku harus berpihak pada waktu
Aku harus berpihak pada kebahagiaanku
Bahagia yang tadinya kukira adalah bersamamu
Bahagia yang tadinya kukira adalah mengikuti mimpiku di balik gerbang itu
Dan itu berarti melenyapkan semua
Aku harus berpihak pada waktu
Aku berjalan meninggalkan engkau disitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar